Saat kecil pemuda ini
seperti anak normal lainnya. Dia tumbuh pun seperti anak lainnya. Namun
beberapa bulan terakhir saat dia telah tumbuh menjadi remaja pemuda ini
mendapatkan kejutan. Dia mengidap penyakit Leukimia, itu pun baru ia ketahui
saat dia tidak sadarkan diri setelah jam pelajaran olahraga usai. Saat itu dia
dilarikan ke rumah sakit. Di rumah sakit itulah dia diberitahu oleh dokternya
bahwa dia mengidap Leukimia. Pemuda ini pun terkejut, namun seketika dia
meminta tolong kepada dokter tersebut merahasiakan penyakitnya itu bahkan tidak
kepada orang tuanya juga yang kebetulan sedang dinas ke luar negeri.
Pada awalnya dia merasa
putus asa, karena dia tahu hidupnya tak akan lama lagi. Walau begitu dia pandai
sekali merahasiakan penyakitnya itu kepada orang lain termasuk sahabat karibnya
sendiri. Hari demi hari terus ia lalui, dia merasa bosan akan hidupnya. lalu ia
berpikir “mengapa aku begini terus, ajalku sudah dekat. Kenapa aku tak
melakukan sesuatu yang berguna sebelum ajal menjemputku.” Setelah itu dia mulai
menulis karya-karya yang buat dia sedikit melupakan penyakit yang dia derita.
Pada suatu hari, saat dia sedang menulis sebuah novel tentang kisah hidupnya
sendiri di taman tempat dia sering menulis. Muncullah seorang gadis yang
berlarian dari kejauhan sambil menutup matanya dan menyenggol pemuda ini yang
kebetulan sedang membawa minuman. Pemuda ini lalu marah-marah pada gadis ini.
Saat kedua tangan gadis dilepasnya dari wajah yang sedari tadi ditutupnya itu
pemuda ini pun terkejut. Karena gadis itu sedang menangis. Bukan karena
dimarahi oleh pemuda ini. Namun pada saat itu pula gadis ini telah diputuskan
oleh pacarnya. Tanpa menghiraukan keterkejutan pemuda ini gadis ini berlari
lagi.
Kejadian itu membuat pemuda
ini sedikit heran dengan gadis ini. Karena memang pemuda ini tipe orang yang
cuek. Namun, tak disangka kejadian di taman itu adalah awal dari rentetan
pertemuan yang tak diduga berikutnya antara pemuda dan gadis ini. Pada awalnya
mereka saling benci. Namun, lama kelamaan perasaan benci itu hilang menjadi
sebuah persahabatan. Diam-diam pemuda ini menyukai gadis ini. Namun pada saat
itu dia tidak berani mengungkapkannya dia takut setelah mengatakan perasaan ini
kepada gadis ini. Gadis ini akan menjauhinya dan tak lagi bersamanya. Karena
pemuda ini merasa gadis ini adalah surga di bumi baginya sebelum ajal
menjemputnya. Pemuda ini malah memilih untuk mengungkapkan perasaannya lewat
novel yang sedang dikarangnya.
Gadis ini pun sebenarnya
punya perasaan yang sama pada pemuda ini. Namun, hal yang sama juga membayangi
gadis itu. Terlebih, orang tua si gadis berniat menjodohkannya dengan lelaki
pilihan orang tuanya. Lelaki yang dimaksud itu adalah sahabat baik pemuda ini
juga. Namun ketiganya sama-sama tidak mengetahui hal tersebut.
Suatu hari dokter yang
merawat pemuda ini, memberitahunya bahwa segala usaha telah dilakukannya.
Namun, tidak mendapatkan hasil apa pun. Dokter ini pula bilang bahwa hidupnya
tinggal beberapa minggu lagi. Mendengar hal tersebut pemuda ini terkejut. Lalu
dia buru-buru menyelesaikan novel yang dia tulis tersebut. Saat naskah novel
tersebut selesai dia berniat membawanya ke penerbit. Di tengah perjalanan
sambil memegang erat naskah tersebut dia mengobrol dengan sopir taksi yang
ditumpanginya. Setelah pembicaraan beberapa lama sopir taksi itu keheranan
karena penumpangnya itu tak menyahut padahal dia sedang menceritakan sebuah
lelucon. Lalu sopir tersebut memberhentikan taksinya untuk memeriksa
penumpangnya itu. Pada awalnya, sopir itu mengira penumpangnya itu tertidur.
Dibangun-bangunkannya si pemuda tersebut namun tak ada respon sama sekali. Lalu
sopir tersebut memeriksa denyut nadinya masih berdetak. Namun terasa lemah,
dengan hati yang gusar sang sopir lalu menghidupkan mesin mobilnya dan
menancapkan gas menuju rumah sakit.
Pada hari itu pula di rumah
sahabat baik pemuda ini sedang berlangsung upacara pertunangan. Gadis yang akan
ditunangkan ini adalah gadis yang disukai oleh pemuda ini. Setelah beberapa
lama acara pertunangan berlangsung tibalah saatnya acara tukaran cincin. Namun,
sahabat pemuda ini nampak gusar karena sahabat baiknya belum datang juga. Tadi
dia berjanji setelah dari penerbit akan langsung menuju acara pertunangan
tersebut. Tapi hal itu tak terjadi hingga detik-detik terakhir menuju acara
tukaran cincin. Lelaki itu ingin sahabatnya bisa melihat acara pertunangan
tersebut. Lalu lelaki itu menelpon sahabatnya tersebut karena sebelumnya sms
yang dikirim tidak ada balasan.
Di rumah sakit sopir taksi
yang tadinya menancap gas cepat-cepat untuk menolong pemuda itu sedang menunggu
di luar ruangan kamar rumah sakit. Karena para dokter sedang memeriksa pemuda
ini. Semua barang-barang yang dibawa pemuda ini termasuk naskah novelnya untuk
sementara di bawa sopir taksi tersebut. Karena pada saat itu tidak ada orang
terdekat dan keluarga si pemuda. Terdengar deringan HP dari atas bangku tempat
barang-barang pemuda ini ditaruh oleh sopir taksi tersebut. Sopir taksi itu pun
mencari-cari suara tersebut. Deringan pertama dia tak berani untuk
mengangkatnya. Lalu terdengar bunyi deringan lagi. Hingga dua kali. Lalu sopir
taksi itu memberanikan diri untuk mengangkatnya. Terdengarlah suara laki-laki
yang mengaku sahabat baiknya pemuda ini saat ditanya oleh sopir taksi tersebut.
Lalu sopir taksi tersebut menceritakan semua yang terjadi kepada lelaki
tersebut.
Mendengar berita tersebut,
lelaki yang berada tersebut terkejut dan tak menghiraukan apapun yang terjadi
di sekelilingnya. Lelaki itu pun bergegas ke rumah sakit yang diberitahukan
kepadanya oleh sopir taksi tersebut. Tanpa diketahuinya dari belakang gadis itu
pun mengikutinya. Karena sebelumnya, pada saat perbincangan di telepon gadis ini
mendengar nama orang yang tidak asing lagi di telinganya. Gadis ini penasaran,
lalu membuntuti calon tunangannya tersebut.
Sesampai di rumah sakit
lelaki itu bertemu sopir taksi yang diajaknya bicara ditelepon tadi. Kembali
sopir menceritakan sekali lagi apa yang dialami pemuda ini dan dirinya untuk
memperjelas. Setelah selesai berbincang sopir taksi tersebut kemudian
menyerahkan barang-barang yang dimiliki pemuda ini. Lalu sopir taksi ini mohon
diri untuk pamit. Di sisi lain, gadis itu bersembunyi sambil mendengarkan
pembicaraan antara lelaki dan sopir taksi mendadak terkejut mendengar semua
itu. Kemudian dengan berlinang air mata menghampiri lelaki itu. Gadis ini mulai
bercerita kepada lelaki itu. bahwa sebenarnya dia tahu pemuda yang sedang di
pembaringan itu.
Beberapa hari pun berlalu,
lelaki itu masih tetap menunggu dengan sabar sahabatnya itu bersama gadis ini.
Pemuda itu belum sadarkan diri. Kata dokter pemuda ini perlu perawatan
intensive. Dokter pun membeberkan semua yang dirahasiakannya bersama pemuda
ini, bahwa pemuda ini mengidap penyakit Leukimia kepada lelaki dan gadis ini.
Mereka berdua shock, tangisan pun mewarnai gadis ini mendengar hal tersebut.
Tepat pada hari selasa yang
mendung saat gadis itu sendiri menunggu, karena lelaki itu sedang mencari
makanan di kantin rumah sakit. Gadis ini melihat naskah novel yang berada di
atas meja disamping pemuda ini terbaring. Naskah itu ditaruh oleh lelaki itu di
tempat tersebut. Karena rasa penasaran gadis ini mulai mengambil dan
membacanya. Butuh waktu yang lama membaca novel tersebut hingga selesai. Malam
pun tiba gadis itu yang sedari tadi terus menangis karena membaca naskah
tersebut. Akhirnya gadis ini tahu perasaan pemuda itu terhadapnya. Ternyata
anggapannya salah, cintanya tidak bertepuk sebelah tangan. Lalu secara spontan
gadis ini memeluk pemuda ini yang masih terbaring. Mendadak tidak diketahui
oleh gadis ini, pemuda ini tersadar. Lalu pemuda ini membalas pelukan itu.
Gadis ini sedikit terkejut, kemudian gadis ini melihat Pemuda ini. Pemuda ini
hanya tersenyum lemah lalu bicara “Ternyata kau telah membacanya, maafkan aku
selama ini memendam perasaan ini. Aku tak ingin kau kecewa, aku tak selamanya
ada untukmu. Hanya dengan tulisan itu aku bisa mengungkapkannya dan hanya
dengan ini mungkin cintaku akan abadi.” Setelah berkata hal tersebut nafas
pemuda ini mulai terasa pelan. Sensor jantungnya pun menunjukkan penurunan.
Kemudian pemuda ini menutup matanya sambil tersenyum. Pelukan pemuda ini mulai
melonggar. Gadis ini merasakan keganjilan itu. Gadis ini mulai memeriksa sensor
jantung pemuda ini. Yang tadi menurun kini hanya terlihat garis lurus. Kembali
gadis ini menangis. Seiring dengan itu hujan pun mulai turun di luar rumah
sakit, seakan-akan langit pun ikut menangis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar