dan Dia Telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya (Surat Al-Furqan ayat 2)

Cari Blog, Situs, Website, Facebook, Twitter, Youtube, Metacafe

Senin, 12 November 2012

Si Pandai Dan Sang Sahabat



SI PANDAI DAN SANG SAHABAT
Si pandai dengan langkah tegap menyusuri jalan setapak, menuju sebatang pohon besar yang rindang. Disana tampak sosok pribadi yang dikenalnya, dan si pandai pun menghampiri pribadi itu.
Si pandai, “maaf, ki sanak, sepertinya aku mengenalmu, apa kita pernah bertemu?”
Sosok itu menjawab, “saudaraku, aku sahabat masa kecilmu, sahabat di desa tempat kelahiran kita.”
Si pandai, “ah, sekampung kita rupanya. Bagaimana keadaan kampung kita?”
Sang sahabat, “saudaraku, aku meninggalkan kampung halaman bersamaan dengan ketika kamu berangkat ke kota ini.”
Si pandai, “oh begitu, apa saja yang sudah kau dapatkan di kota ini.”
Sang sahabat, “kamu sendiri bagaimana?”
Si pandai, ya, kota ini telah memberikan segala kelimpahan, kemewahan yang menyenangkan kepadaku.”
Sang sahabat, “ oh begitu, bagaimana caranya?”
Si pandai, ah, kemana saja kamu selama ini, di kota ini apa sih yang tidak mungkin kudapatkan? Asal aku mau menyenangkan mereka, dengan sedikit saja basa basi dunia, mereka pun akan memberikan lebih kepadaku.”
Sang sahabat, apapun caranya?”
Si pandai, “ ah jangan sok alim. Aku pun tidak memakannya sendirian, yang kulakukan ini mata rantai yang tidak merugikan siapa pun. Mereka senang, aku senang, buktinya mereka pun selalu menyanjungku.”
Sang sahabat, apa kau yakin, tidak ada yang dirugikan?”
Si pandai, “yaah, kalaupun ada, tapi sedikitlah. Itu pun mereka yang mau, lagi pula aku sudah berikan banyak hartaku untuk mereka.”
Sang sahabat, “apa kamu lupa dengan batas waktumu?”
Si pandai, “ah, itu soal nantilah. Enggak perlu dipusingkan, mereka selalu mendoakanku. Dan, aku pun selalu siap untuk bertaubat jika batas waktuku akan habis.”
Sang sahabat, “bagaimana kau tahu waktumu akan selesai?”
Si pandai, “yah, biasanya setelah kita terbaring sakit. Nah, ki sanak, kamu sendiri bagaimana?”
Sang sahabat, “ saudaraku, sebelum hari ini aku selalu ada bersamamu. Tapi, kamu tak melihatku dan tak pernah mau mendengarkan aku. Hari ini, aku harus tertahan di pohon besar ini, menunggu cerita yang harus aku selesaikan, bersamamu.”
Si pandai, “oh?! Maksudmu???”
Sang sahabat, “ saudaraku, lihat dibelakangmu. Batu nisan mewah itu bertuliskan namamu…”
***
Sahabat, seringkali kita terlena dengan kehidupan yang bergulir ini. Detik demi detik hingga masa demi masa kita lewati, tanpa sadar ada banyak terminal-terminal dalam kehidupan ini yang kita lalui. Sejenak mari kita renungkan apa arti kehidupan di dunia ini. Sekedar mencari nafkah atau kebahagiaan bersama orang-orang yang kita cintai?
Sahabat, mumpung masih ada waktu, mari kita berbagi dengan mereka orang-orang yang kita cintai, dan orang-orang yang mencintai kita.

Tidak ada komentar: