Seorang ibu di Cina yang
sudah tua memiliki dua buah tempayan yang digunakan untuk mencari air, yang
dipikul di pundaknya dengan menggunakan sebatang bambu. Salah satu dari
tempayan itu retak, sedangkan yang satunya tanpa cela dan selalu memuat air
hingga penuh.
Setibanya di rumah setelah
menempuh perjalanan panjang dari sungai, air di tempayan yang retak tinggal
separuh. Selama dua tahun hal ini berlangsung setiap hari, dimana ibu itu
membawa pulang air hanya satu setengah tempayan. Tentunya si tempayan yang utuh
sangat bangga akan pencapaiannya. Namun tempayan yang retak merasa malu akan
kekurangannya dan sedih sebab hanya bisa memenuhi setengah dari kewajibannya.
Setelah 2 tahun yang
dianggapnya sebagai kegagalan, akhirnya dia berbicara kepada ibu tua itu di
dekat sungai. "Aku malu, sebab air bocor melalui bagian tubuhku yang retak
di sepanjang jalan menuju ke rumahmu." Ibu itu tersenyum, "Tidakkah
kau lihat bunga beraneka warna di jalur yang kau lalui, namun tidak ada di
jalur yang satunya? Aku sudah tahu kekuranganmu, jadi aku menabur benih bunga
di jalurmu dan setiap hari dalam perjalanan pulang kau menyirami benih-benih
itu. Selama dua tahun aku bisa memetik bunga-bunga cantik untuk menghias meja.
Kalau kau tidak seperti itu, maka rumah ini tidak seasri seperti ini sebab
tidak ada bunga."
Kita semua mempunyai
kekurangan masing-masing … Namun keretakan dan kekurangan itulah yang
menjadikan hidup kita bersama menyenangkan dan memuaskan. Kita harus menerima
setiap orang apa adanya dan mencari yang terbaik dalam diri mereka.
***
Rekan-rekan sesama tempayan
yang retak, semoga hari kalian menyenangkan. Jangan lupa mencium wanginya
bunga-bunga di jalur kalian. Luangkanlah waktu untuk mengirimkan pesan ini
kepada semua rekan yang juga seperti tempayan yang retak ini… setiap orang
pasti memiliki karma masing-masing, sehinga perbuatan apapun itu pasti ada sisi
baik walau dari kekurangan kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar