Makin tua, aku makin menikmati sabtu pagi. Mungkin
karena adanya keheningan sunyi senyap sebab aku yang pertama bangun pagi, atau
mungkin juga karena tak terkira gembiraku, sebab tak usah masuk kerja. Apapun
alasannya, beberapa jam pertama sabtu pagi amat menyenangkan.
Beberapa minggu yang lalu, aku agak memaksa diriku
ke dapur dengan membawa secangkir kopi hangat di satu tangan dan koran pagi itu
di tangan lainnya. Apa yang biasa saya lakukan di sabtu pagi, berubah menjadi
saat yang tak terlupakan dalam hidup ini. Begini kisahnya.
Aku kerasakan suara radio untuk mendengarkan acara
“bincang-bincang sabtu pagi”. Aku dengar seseorang agak tua dengan suara
emasnya, ia sedang berbicara mengenai seribu kelereng kepada seseorang di
telepon yang dipanggil andre. Aku tergelitik dan duduk ingin mendengarkan apa
obrolannya.
“dengar Ndre, kedengarannya kau memang sibuk dengan
pekerjaanmu. Aku yakin mereka menggajimu cukup banyak, tapi kan sangat sayang
sekali kau harus meninggalkan rumah dan keluargamu terlalu sering. Sulit
kupercaya kok ada orang yang harus bekerja 60 atau 70 jam seminggu untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari. Untuk menonton pertunjukan tarian putrimu pun
kau tak sempat.”
Ia melanjutkan, “biar kuceritakan, ndre, sesuatu
yang membantuku mengatur dan menjaga prioritas apa yang harus kulakukan dalam
hidupku,”
Lalu mulailah ia menerangkan teori seribu kelereng.
“begini ndre, suatu hari aku duduk-duduk dan mulai
menghitung-hitung. Kan umumnya rata-rata umur orang indonesia 60 tahun. Ya aku
tahu, ada yang lebih dan ada yang kurang, tapi secara rata-rata umumnya sekitar
60 tahun. Lalu, aku kalikan 60 ini dengan 49 dan mendapatkan angka 2940 yang
merupakan jumlah semua hari sabtu yang rata-rata dimiliki seseorang selama
hidupnya. Sekarang perhatikan benar-benar ndre, aku mau beranjak ke hal yang
lebih penting.
“tahu tidak, setelah
aku berumur 55 tahun baru terpikir olehku semua detail ini,” sambungnya,”
dan pada saat itu aku kan sudah terbiasa melewatkan 2548 hari sabtu. Aku
terbiasa memikirkan, andai kata aku bisa hidup sampai 60 tahun, maka buatku
cuma tersisa sekitar 392 hari sabtu yang masih bisa kunikmati.
“lalu aku pergi ke toko mainan dan membeli tiap
butir kelereng yang ada. Aku butuh mengunjungi dua toko kecil baru bisa
mendapatkan 392 kelereng. Kubawa pulang, kumasukkan dalam sebuah kotak plastik
bening besar yang kuletakkan di tempat kerjaku di samping radio. Setiap sabtu
sejak itu, aku selalu ambil sebutir kelereng dan membuangnya.
“aku merasa bahwa dengan mengawasi kelereng-kelereng
itu semakin sedikit dan menghilang, aku lebih memfokuskan diri pada hal-hal
yang benar-benar penting dalam hidup dan menurut agamaku. Sungguh, tak ada yang
lebih berharga daripada mengamati waktumu di dunia ini menghilang dan
berkurang, untuk menolongmu membenahi dan meluruskan segala prioritas hidupmu.
“sekarang, aku ingin memberikan pesan terakhirku
sebelum kuputuskan teleponmu dan mengajak keluar istriku tersayang untuk
sarapan pagi. Pagi ini, kelereng terakhirku telah kuambil, kukeluarkan dari
kotaknya. Akuberfikir, kalau aku sampai bertahan hingga sabtu yang akan datang,
maka Allah SWT telah memberi aku dengan sedikit waktu tambahan ekstra untuk kuhabiskan
dengan orang-orang yang kusayangi.
“senang sekali bisa berbicara denganmu, ndre, aku
harap engkau bisa melewatkan lebih banyak waktu dengan orang yang kau kasihi
dan aku berharap suatu saat bisa berjumpa denganmu, selamatpagi!”
Saat dia berhenti, begitu sunyi, hening, jatuhnya
satu jarum pun bisa terdengar. Untuk sejenak, bahkan moderator acara itu pun
membisu. Mungkin ia mau memberi para pendengarnya kesempatan untuk memikirkan
segalanya. Sebenarnya aku sudah merencanakan bekerja pagi itu, tetapi mengganti
jadwal, aku naik keatas dan mengajak istri dan putriku untuk berjalan-jalan di
taman.”
***
Dari setiap satu kelereng yang telah terbuang, apa yang
telah anda dapatkan???
Apakah…
Kesedihan
Keraguan
Kebosanan
Rasa marah
Putus asa
Hambatan
Permusuhan
Pesimis
Kegagalan
Ataukah…
Kebahagiaan
Kepercayaan
Antusias
Cinta kasih
Motivasi
Peluang
Persahabatan
Optimis
Kesuksesan
Dipikir atau tidak dipikirkan, waktu akan melahap umur kita
setiap detiknya dengan perlahan. Tidak banyak kelereng yang tersisa dalam kantong
kita saat ini. Gunakan secara bijak untuk memberikan kebahagiaan yang lebih
baik bagi diri sendiri, keluarga dan orang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar