dan Dia Telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya (Surat Al-Furqan ayat 2)

Cari Blog, Situs, Website, Facebook, Twitter, Youtube, Metacafe

Senin, 12 November 2012

Ada Yang Memperhatikan Kita



Seluruh penumpang di dalam bus merasa simpati melihat seorang wanita muda dengan tongkatnya meraba-raba menaiki tangga bus. Dengan tangannya yang lain, dia meraba posisi di mana sopir berada, dan membayar ongkos bus, lalu berjalan ke dalam bus mencari-cari bangku yg kosong dengan tangannya. Setelah yakin bangku yg dirabanya kosong, dia duduk meletakkan tasnya di atas pangkuan, dan satu tangannya masih memegang tongkat.

Sudah satu tahun Yasmin, wanita muda itu, mengalami kebutaan.

Suatu kecelakaan telah terjadi padanya, penglihatannya hilang untuk selama-lamanya. Dunia tiba-tiba saja menjadi gelap, segala harapan dan cita-cita menjadi sirna. Dia adalah wanita yang penuh dengan ambisi, aktif di segala perkumpulan, baik di sekolah, di rumah maupun di lingkungannya. Tiba-tiba saja semuanya sirna, begitu kecelakaan itu dialaminya.

Kegelapan, frustrasi, dan rendah diri tiba-tiba saja menyelimuti jiwanya. Merasa tak berguna dan tak ada seorang pun yang sanggup menolongnya selalu membisiki dan menggelitik hatinya. “Bagaimana ini bisa terjadi padaku?" Dia menangis. Hatinya protes dengan diliputi kemarahan dan putus asa.

Tapi, tak peduli sebanyak apa pun dia mengeluh, menangis, protes, dan sebanyak apapun dia berdo'a dan memohon, dia harus menerima kenyataan pahit, penglihatannya tak akan kembali.

Namun, di antara frustrasi, depresi dan putus asa, dia masih beruntung, karena mempunyai seorang suami yang begitu penyayang dan setia.

Burhan, nama suaminya, adalah seorang prajurit TNI biasa yg bekerja sebagai sekuriti di sebuah perusahaan. Dia mencintai Yasmin dengan sepenuh hati.

Ketika mengetahui Yasmin kehilangan penglihatan, rasa cintanya tidak berkurang, justru perhatiannya makin bertambah. Ketika dilihatnya Yasmin tenggelam ke dalam jurang keputus-asaan. Burhan siap menolong mengembalikan rasa percaya diri Yasmin, seperti ketika Yasmin belum menjadi buta. Ia tahu, ini adalah perjuangan yang tidak mudah. Butuh waktu lama dan kesabaran yg tidak sedikit Karena buta, Yasmin tidak bisa terus bekerja di perusahaannya. Dia berhenti dengan terhormat. Burhan mendorongnya agar belajar huruf Braile, dengan harapan, suatu saat nanti dapat berguna. Tetapi, bagaimana Yasmin bisa belajar,jika untuk pergi ke mana-mana saja selalu diantar Burhan?

Dunia ini menjadi begitu gelap bagi Yasmin. Tak ada kesempatan sedikitpun untuk bisa melihat jalan. Dulu, sebelum menjadi buta, dia memang biasa naik bus ke tempat kerja dan ke mana saja sendirian. Tapi kini, ketika buta, “Apakah saya sanggup naik bus sendirian? Berjalan sendirian? Pulang-pergi sendirian? Siapa yg akan melindungi saya ketika sendirian?” Itulah pertanyaaan-pertanyaan yg selalu berkecamuk di dalam hati Yasmin yang putus asa.

Burhan cukup mengerti akan keadaan istrinya. Oleh karena itu, Burhan membimbing jiwa Yasmin yg sedang frustasi dg sabar. Dia merelakan dirinya untuk mengantar Yasmin ke sekolah, tempat ia belajar huruf Braile dan dengan sabar Burhan menuntun Yasmin menaiki bus kota menuju sekolah yg dituju.

Yasmin dengan susah payah dan tertatih-tatih melangkah bersama tongkatnya, sementara Burhan berada di sampingnya. Selesai mengantar Yasmin, barulah dia menuju ke tempat dinasnya. Begitulah, selama berhari-hari dan berminggu-minggu Burhan mengantar dan menjemput Yasmin lengkap dengan seragam dinas sekuritinya. Tapi lama-kelamaan Burhan sadar, tak mungkin selamanya Yasmin harus diantar pulang dan pergi.

Bagaimanapun juga, Yasmin harus bisa mandiri, tak mungkin selamanya mengandalkan dirinya. Sebab dia juga harus bekerja untuk menghidupi keluarganya. Dengan hati-hati dia mengutarakan maksudnya, supaya Yasmin, yang masih terpukul dengan musibah ini tak tersinggung dan merasa dibuang. Namun, seperti yang diramalkan Burhan, Yasmin histeris mendengar itu.

Dia merasa dirinya kini benar-benar telah tercampakkan. "Saya buta, saya tak bisa melihat!" teriak Yasmin “Bagaimana saya bisa tahu saya ada di mana?”; “Kamu telah benar-benar meninggalkan saya!." Burhan sangat sedih mendengar itu. Tapi dia sadar apa yg harus dilakukannya. Burhan ingin melihat istrinya kembali bersemangat seperti dulu, sebelum buta. Yasmin harus menerima dan harus mau menjadi wanita yg mandiri, tegar, menyukai tantangan, suka bekerja dan belajar.

Walaupun demikian,Burhan tak melepasnya begitu saja. Setiap pagi, dia mengantar Yasmin menuju halte bus sambil menasihatinya agar mengandalkan indera pendengarannya di mana pun ia berada. Setelah dua minggu, Yasmin akhirnya bisa berangkat sendiri ke halte, berjalan dengan tongkatnya. Setelah merasa yakin bahwa Yasmin bisa pergi sendiri, dengan tenang Burhan pergi ke tempat dinas.
Untunglah tanpa berlama-lama Yasmin segera sadar bahwa sikap suaminya adalah benar dan dia beruntung mempunyai suami yang begitu setia dan sabar membimbingnya. Memang tak mungkin bagi Burhan untuk selalu menemaninya setiap saat ke manapun dia pergi. Tak mungkin juga selalu mengantarnya ke tempatnya belajar, sebab Burhan juga punya pekerjaan yang harus dilakoni.

Hari-hari pun berlalu. Yasmin menjalani rutinitas belajarnya, dengan menumpang bus kota sendirian. Suatu hari, ketika dia hendak turun dari bus, sopir bus berkata, "Saya sungguh iri padamu". Yasmin tidak yakin, kalau sopir itu bicara padanya. "Anda bicara pada saya?" " Ya!", jawab sopir bus. "Saya benar-benar iri padamu".

Yasmin kebingungan, heran dan tak habis berpikir, bagaimana bisa di dunia ini, seorang buta, seperti dirinya, membuat orang lain merasa iri? "Apa maksud anda?" Yasmin bertanya penuh keheranan pada sopir itu. "Kamu tahu," jawab sopir bus, "Setiap pagi, sejak beberapa minggu ini, seorang lelaki muda dengan seragam militer selalu berdiri di seberang jalan. Dia memperhatikanmu dengan raut wajah cemas ketika kamu menuruni tangga bus. Dan ketika kamu menyebrang jalan, dia perhatikan langkahmu dan bibirnya tersenyum puas begitu kamu telah melewati jalan itu. Begitu kamu masuk gedung sekolahmu, dia meniupkan ciumannya padamu, memberimu salut, dan pergi dari situ. Kamu sungguh wanita beruntung, ada yang memperhatikan dan melindungimu". Air mata bahagia mengalir di pipi Yasmin. Walaupun dia tidak melihat orang tersebut, dia yakin dan merasakan kehadiran Burhan di sana. Dia merasa begitu beruntung, sangat beruntung, bahwa Burhan telah memberinya sesuatu yg lebih berharga dari penglihatan. Sebuah pemberian yg tak perlu untuk dilihat; kasih sayang yang membawa cahaya, ketika dia berada dalam kegelapan.

Demikian pula kita ibarat orang buta yang harus bekerja dan berusaha.

Kita adalah orang buta yang diberi semangat untuk terus hidup dan bekerja
Kita tak bisa melihat Allah SWT dan malaikat tetapi Dia terus membimbing dan melindungi sama seperti cerita di atas. Dia memompa semangat kita, cemas dan khawatir dengan langkah kita, dan tersenyum puas melihat kita berhasil melewati ujian-NYA.

Tidak ada komentar: