dan Dia Telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya (Surat Al-Furqan ayat 2)

Cari Blog, Situs, Website, Facebook, Twitter, Youtube, Metacafe

Senin, 23 Agustus 2010

IWAN FALS SOSOK PAHLAWAN SEDERHANA DAN KHARISMATIK

Nama asli
Virgiawan Listianto

Nama populer
Iwan Fals

Tempat/tanggal lahir
Jakarta, 3 September 1961

Alamat
Jl. Desa Leuwinanggung No. 19
Cimanggis, Bogor Jawa Barat

No. kontak Iwan Fals Management
Telp : 021-8455329 atau 021-8455330, Fax. : 021-8455330

Pendidikan
SMP 5 Bandung, SMAK BPK Bandung,
STP (Sekolah Tinggi Publisistik, sekarang IISIP),
Institut Kesenian Jakarta (IKJ)

Orang tua
Lies (ibu), Haryoso (ayah)

Istri
Rosanna (Mbak Yos)

Anak
Galang Rambu Anarki (almarhum)
Annisa Cikal Rambu Basae
Raya Rambu Rabbani

Lewat lagu-lagunya, ia memotret kehidupan dan sosial-budaya di akhir tahun 1970-an hingga sekarang. Kritik atas perilaku sekelompok orang (seperti Wakil Rakyat, Tante Lisa), empati bagi kelompok marginal (misalnya Siang Seberang Istana, Lonteku), atau bencana besar yang melanda Indonesia (atau kadang-kadang di luar Indonesia, seperti Ethiopia) mendominasi tema lagu-lagu yang dibawakannya. Iwan Fals tidak hanya menyanyikan lagu ciptaannya tetapi juga sejumlah pencipta lain.

Iwan yang juga sempat aktif di kegiatan olahraga, pernah meraih gelar Juara II Karate Tingkat Nasional, Juara IV Karate Tingkat Nasional 1989, sempat masuk pelatnas dan melatih karate di kampusnya, STP (Sekolah Tinggi Publisistik). Iwan juga sempat menjadi kolumnis di beberapa tabloid olah raga.

Kharisma seorang Iwan Fals sangat besar. Dia sangat dipuja oleh kaum 'akar rumput'. Kesederhanaannya menjadi panutan para penggemarnya yang tersebar di seluruh Nusantara. Para penggemar fanatik Iwan Fals bahkan mendirikan sebuah yayasan pada tanggal 16 Agustus 1999 yang disebut Yayasan Orang Indonesia atau biasa dikenal dengan seruan Oi. Yayasan ini mewadahi aktifitas para penggemar Iwan Fals. Hingga sekarang kantor cabang Oi dapat ditemui setiap penjuru Nusantara dan beberapa bahkan sampai ke mancanegara.

Perjalanan Hidup
Masa kecil Iwan Fals dihabiskan di Bandung, kemudian ikut saudaranya di Jeddah, Arab Saudi selama 8 bulan. Bakat musiknya makin terasah ketika ia berusia 13 tahun, di mana Iwan banyak menghabiskan waktunya dengan mengamen di Bandung. Bermain gitar dilakukannya sejak masih muda bahkan ia mengamen untuk melatih kemampuannya bergitar dan mencipta lagu. Ketika di SMP, Iwan menjadi gitaris dalama paduan suara sekolah.

Selanjutnya, datang ajakan untuk mengadu nasib di Jakarta dari seorang produser. Ia lalu menjual sepeda motornya untuk biaya membuat master. Iwan rekaman album pertama bersama rekan-rekannya, Toto Gunarto, Helmi, Bambang Bule yang tergabung dalam Amburadul. Tapi album tersebut gagal di pasaran dan Iwan kembali menjalani profesi sebagai pengamen.

Setelah dapat juara di festival musik country, Iwan ikut festival lagu humor. Arwah Setiawan (almarhum), lagu-lagu humor milik Iwan sempat direkam bersama Pepeng, Krisna, Nana Krip dan diproduksi oleh ABC Records. Tapi juga gagal dan hanya dikonsumsi oleh kalangan tertentu saja. Sampai akhirnya, perjalanan Iwan bekerja sama dengan Musica Studio. Sebelum ke Musica, Iwan sudah rekaman sekitar 4-5 album. Di Musica, barulah lagu-lagu Iwan digarap lebih serius. Album Sarjana Muda, misalnya, musiknya ditangani oleh Willy Soemantri.

Iwan tetap menjalani profesinya sebagai pengamen. Ia mengamen dengan mendatangi rumah ke rumah, kadang di Pasar Kaget atau Blok M. Album Sarjana Muda ternyata banyak diminati dan Iwan mulai mendapatkan berbagai tawaran untuk bernyanyi. Kemudian sempat masuk televisi setelah tahun 1987. Waktu siaran acara Manasuka Siaran Niaga di TVRI, lagu Oemar Bakri sempat ditayangkan di TVRI. Ketika anak kedua Iwan, Cikal lahir tahun 1985, kegiatan mengamen langsung dihentikan.

Selama Orde Baru, banyak jadwal acara konser Iwan yang dilarang dan dibatalkan oleh aparat pemerintah, karena lirik-lirik lagunya yang kritis.

Saat bergabung dengan kelompok SWAMI dan merilis album bertajuk SWAMI pada 1989, nama Iwan semakin meroket dengan mencetak hits Bento dan Bongkar yang sangat fenomenal. Perjalanan karir Iwan Fals terus menanjak ketika dia bergabung dengan Kantata Takwa pada 1990 yang di dukung penuh oleh pengusaha Setiawan Djodi. Konser-konser Kantata Takwa saat itu sampai sekarang dianggap sebagai konser musik yang terbesar dan termegah sepanjang sejarah musik Indonesia.

Keluarga
Iwan lahir di Jakarta pada 3 September 1961 dari pasangan Haryoso (ayah)(almarhum) dan Lies (ibu). Iwan menikahi Rosanna (Mbak Yos) dan mempunyai anak Galang Rambu Anarki (almarhum), Annisa Cikal Rambu Basae, dan Rayya Rambu Robbani.

Galang mengikuti jejak ayahnya terjun di bidang musik. Walaupun demikian, musik yang ia bawakan berbeda dengan yang telah menjadi trade mark ayahnya. Galang kemudian menjadi gitaris kelompok Bunga dan sempat merilis satu album perdana menjelang kematiannya.

Nama Galang juga dijadikan salah satu lagu Iwan, berjudul Galang Rambu Anarki pada album Opini , yang bercerita tentang kegelisahan orang tua menghadapi kenaikan harga-harga barang sebagai imbas dari kenaikan harga BBM pada awal tahun 1981 yaitu pada hari kelahiran Galang (1 Januari 1981).

Nama Cikal sebagai putri kedua juga diabadikan sebagai judul album dan judul lagu Iwan Fals yang terbit tahun 1991.

Galang Rambu Anarki meninggal pada bulan April 1997 secara mendadak yang membuat aktifitas bermusik Iwan Fals sempat vakum selama beberapa tahun. Galang dimakamkan di pekarangan rumah Iwan Fals di desa Leuwinanggung Bogor Jawa Barat sekitar satu jam perjalanan dari Jakarta. Sepeninggal Galang, Iwan sering menyibukkan diri dengan melukis dan berlatih bela diri.

Pada tahun 2002 Iwan mulai aktif lagi membuat album setelah sekian lama menyendiri dengan munculnya album Suara Hati yang di dalamnya terdapat lagu Hadapi Saja yang bercerita tentang kematian Galang Rambu Anarki. Pada lagu ini istri Iwan Fals (Yos) juga ikut menyumbangkan suaranya. [Sumber : Wikipedia] ***


Bicara soal Iwan Fals adalah bicara soal sosok yang belum ada duanya di dalam percaturan musik tanah air. Orang menyukainya bukan karena gemerlapnya gaya hidup, kegantengan, atau bahkan teknik vokalnya yang luar biasa. Sebaliknya, Iwan adalah seorang sosok yang sangat bersahaja (mekipun memang ganteng), apa adanya, dan bukan jebolan sekolah vokal mana pun. Ia mengawali karirnya benar-benar dari bawah.

Berangkat dari ngamen, ikut festival lagu-lagu humor (pernah jadi juara), hingga akhirnya menembus dapur rekaman. Itu pun tidak semulus yang kita bayangkan, karena rekaman pertamanya (sebelum Oemar Bakri) sempat jeblok. Pendeknya, Iwan Fals bisa seperti sekarang ini bukan dengan sim salabim. Dia tahu persis getirnya perjuangan untuk mencapai posisi yang saat ini diraihnya sebagai salah satu legenda musik Indonesia.

Salah satu yang saya sukai dari seorang Iwan Fals adalah kejujurannya, baik itu kejujuran dalam menuangkan ide-idenya ke dalam lirik lagu, maupun kejujurannya dalam bersikap. Simak saja bagaimana Iwan Fals mengungkap cinta misalnya.

'..hanya mampu katakan, aku cinta kau saat ini
entah esok hari, entah lusa nanti,
entah..' (ENTAH)

Di saat kebanyakan lirik lagu berlomba mengobral kata-kata muluk soal cinta, Iwan justru mengungkap cinta dengan cara yang berbeda, tidak munafik. Betapa sederhana, betapa jujur, karena bukankah tidak ada yang bisa menjamin bahwa kita bisa mencintai seseorang selamanya?

Hal lain yang saya kagumi dari Iwan Fals adalah kharisma. Ini juga muncul dengan sendirinya dan tidak dibuat-buat. Orang yang punya kharisma tentu lain dengan orang yang 'jaim'. Penyanyi Indonesia mana yang memiliki penggemar-penggemar yang berasal dari berbagai kalangan sekaligus? Bahkan usia mereka juga sangat variatif, dari mulai yang seusia dengan Iwan, sampai ABG. Demikian juga status sosial.

Lalu apa sebenarnya yang dimiliki Iwan Fals sehingga ia memiliki nama yang demikian besar? Beberapa sudah saya sebutkan di atas.

*
Kejujuran, terungkap dalam sikap kesehariannya maupun terutama lirik-lirik lagunya. Dan kejujuran ini yang justru menjadi kekuatan dari lirik-lirik lagu Iwan Fals. Dan konsekuensi dari kejujuran ini juga yang dulu sering membuat Iwan berurusan dengan aparat keamanan, ketika lagu-lagunya dianggap 'meresahkan' atau bahkan membuat merah kuping penguasa.
*
Kharismatik. Ini memang sebuah gift dari Tuhan. Orang tidak bisa mereka-reka supaya dirinya kelihatan memiliki kharisma. Di balik sikap yang apa adanya, Ian Fals punya kharisma yang membuat orang segan dan menghormatinya.
*
Sederhana. Pernahkah Anda melihat Iwan Fals tampil 'centil' dan modis? Dari dulu, kostum kegemarannya adalah jeans dan t-shirt.
*
Tidak arogan. Ia bisa ngobrol santai sebagai teman denan penggemarnya. Dulu saya punya teman yang bahkan sering nginep di rumah Iwan. Sikap tidak arogan yang juga bisa kita lihat adalah aksi kolaborasinya dengan musisi-musisi muda. Ia tidak kelihatan canggung dan khawatir dengan kehadiran mereka. Sebaliknya mereka malah dirangkul untuk bikin lagu buat dia nyanyikan. Hasilnya? Ceruk pasarnya malah bertambah ke semakin banyak kalangan, termasuk ABG.
*
Tentu masih banyak hal lain yang membuat Iwan Fals menjadi seperti sekarang ini. Sosok penyanyi/musisi Indonesia yang samasekali bukan karbitan. Ia meraih puncak karir benar-benar merangkak dari bawah. Tempaan itulah yang justru membuatnya bisa seperti sekarang. Berjuang dan menjadi pendekar bagi kalangan grass root melalui lagu-lagunya yang sarat dengan kritik sosial. Contoh fenomenal adalah lagu Oemar Bakri. Saat itu,mana ada yang berani mengangkat tema seperti itu? Atau tengok lagu Bento yang ditujukan untuk 'Kau Tahu Siapa' (minjem istilah Harry Potter untuk menyebut Voldemort), klan penguasa yang nyaris tidak pernah tersentuh hukum.

Ia memotret apa adanya lewat lagu, meski akibatnya kadang-kadang harus berseberangan, bahkan berbenturan dengan penguasa. Tak salah jika majalah Times sempat menjulukinya The Asian Hero. [sumber : http://panjalu.multiply.com] ***

OPEN HOUSE

Bagi kawan-kawan yang mau bertemu dan berdiskusi dengan Iwan Fals, datang saja ke open house di rumah Iwan Fals di Jl. Desa Leuwinanggung No. 19 Cimanggis, Bogor, Jawa Barat, setiap hari Selasa dan Jumat pukul 15.00 WIB.

Sebelum datang, harus mengkonfirmasikan kedatangan tersebut ke Iwan Fals Management (via Mbak Titin ) di no. telp 021-8455329 atau 021-8455330, Fax. 021-8455330. Hanya yang telah terjadwal yang bisa mengikuti open house.

Pada acara open house tidak diperbolehkan membawa kamera dan meminta tanda tangan. Hal ini karena Iwan meminta agar dia tidak diistimewakan dan dapat berdiskusi secara egaliter. ***
Sumber: http://iwan-fals.blogspot.com/search/label/Intro

Sabtu, 21 Agustus 2010

Dua anak kecil dan kursi tua

Disebuah gubuk di pinggiran hutan hiduplah sebuah keluarga yang terdiri kakek, Menantu dan kedua orang anaknya yang masih kecil.
Disuatu malam, ketika mereka semua menikmati makanan di yang tersaji di meja makan, terdengar suara yang gaduh karena kebiasaan seorang kakek yang setiap kali makan selalu memecahkan gelas dan piring karena ketidaksengajaannya akibat faktor usia.
Ibu Bapak tersebut selalu kesal dengan ulah Kakek, akhirnya pada hari berikut Ibu Bapak tersebut mempunyai ide kalau si Kakek akan di tempati di sebuah meja di pojok ruangan untuk mengantisipasi jikalau ketika makan malam lagi si kakek tidak akan membuat makan malam jadi berantakan lagi, karena Kakek tersebut berada di meja makan malamnya sendiri.
berselang beberapa hari kegaduhan pada saat makan malam tidak lagi terjadi selama beberapa hari, mungkin karena sang Kakek tidak lagi makan malam di satu meja dengan keluarga tersebut.
ketika makan malam berakhir, Ibu Bapak beranjak tidur beserta kedua anaknya, namun secara diam-diam kedua anak yang masih kecil itu bergegas keluar kamar menuju gudang belakang rumah. di tengah malam itu, Ibu Bapak terbangun karena suara ribut dari gudang belakang rumahnya. Ibu Bapak tersebut lantas keluar mencari sumber keributan, ternyata di dapatinya kedua anaknya sedang membuat meja dan kursi yang kecil, sambil terpana lantas Bapak Ibu itu menanyai kedua anaknya, "Nak, untuk apa kalian membuat kursi dan meja saat larut malam begini?"
kedua anaknya sambil tersenyum menjawab, "kelak kursi meja ini kuberikan buat Bapak dan Ibu ketika tua nanti untuk makan malam di pojok ruangan".
Bapak Ibu tersebut menangis sambil memeluk kedua anaknya dan segera meminta maaf kepada sang Kakek,pada hari berikutnya keluarga tersebut merasakan kembali nikmatnya makan malam dengan penuh kebersamaan lagi.

(Apapun yang kita lakukan kepada orang tua kita saat ini, kelak kita akan diperlakukan serupa oleh anak-anak kita sendiri) nau`dzu billah minzalik.

Setan Atau Malaikat ?

Dari pinggir kaca nako, diantara celah kain gorden, saya melihat lelaki itu mondar-mandir di depan rumah.
Matanya berkali-kali melihat kea rah rumah saya. Tangannya yang dimasukkan ke saku celana, sesekali mengelap keringat dikeningnya.
Dada saya berdebar menyaksikannya, apa maksud remaja yang bias jadi umurnya tak jauh dengan anak sulung saya yang baru kelas 2 SMU itu? Melihat tingkah lakunya yang gelisah, tidakkah dia punya maksud buruk dengan keluarga saya??? Mau merampok? Bukankankah sekarang ini orang merampok tidak lagi mengenal waktu? Siang hari saat orang lalu-lalang pun penodong bias beraksi, seperti yang diberitakan Koran, atau, dia punya masalah dengan Yudi, anak saya?
Kenakalan remaja saat ini tidak lagi enteng. Tawuran telah menjadikan puluhan remaja meninggal. Saya berdoa semoga lamunan itu itu salah semua. Tapi mengingat peristiwa buruk itu bias terjadi, saya mengunci seluruh pintu dan jendela rumah, dirumah ini, pukul sepuluh pagi seperti ini, saya hanya seorang diri . kang anto, suami saya, ke kantor. Yudi sekolah, Yuni yang sekolah sore pergi les bahasa inggris, dan Bibi Nia sudah seminggu tidak masuk.
Jadi kalau lelaki yang selalu memperhatikan rumah sayaitu menodong, saya bias apa??? Pintu pagar rumah memang terbuka, siapa saja bisa masuk.
Tapi, itu tidak juga masuk? Tidakkah ia menunggu sampai tidak ada orang yang memergoki? Saya sedikit lega saat mengapa anak muda itu berdiri di samping tiang telepon. Saya punya pikiran lain, mungkin dia sedang menunggu seseorang, pacarnya, temannya, adiknya, atau siapa saja yang janjian untuk bertemu di tiang telepon itu. Saya memang tidak mesti berburuk sangka seperti tadi, tapi di zaman ini, dengan peristiwa-peristiwaburuk, tenggang rasa yang semakin menghilang, tidakkah rasa curiga lebih baik daripada lengah.
Saya masih tidak beranjak dari persembunyian, di antara kain gorden, disamping kaca nako. Saya was-was karena anak muda itu sesekali masih melihat ke rumah. Apa maksudnya? Ah, bukankah banyak pertanyaan di dunia ini yang tidak ada jawabannya.
Terlintas dipikiran saya untuk menelpon tetangga, tapi saya takut jadi ramai, bisa-bisa penghuni sekompleks mendatangi pemuda itu, iya kalau anak itu di Tanya secara baik, coba kalau belum apa-apa ada yang memukul.
Tiba-tiba, pemuda itu membalikkan badan dan masuk ke halaman rumah, debaran jantung saya mengencang kembali, saya memang mengidap penyakit jantung, tekad saya untuk menelpon tetangga sudah bulat, tapi kaki saya tidak bisa melangkah, apalagi begitu anak muda itu mendekat, saya ingat, saya pernah melihatnya dan punya pengalaman buruk dengannya. Tapi, anak muda itu sudah berada di teras rumah saya, dia hanya memasukkan sesuatu ke celah di atas pintu dan bergegas pergi, saya masih belum bisa mengambil benda itu karena kaki saya masih lemas.
Terbayang kembali di benak saya, sebelumnya saya pernah melihat anak muda yang gelisah itu di jembatan penyebrangan, entah seminggu atau dua minggu yang lalu. Saya pulang membeli bumbu kue waktu itu, tiba-tiba, diatas jembatan penyeberangan, saya ada yang menabrak, saya hamper jatuh. Si penabarak yang tidak lain adalah anak muda yang gelisah dan mondar-mandir di depan rumah itu, meminta maaf dan bergegas mendahului saya, saya jengkel, apalagi begitu sampai di rumah saya tahu dompet yang disimpen di kantong plastic, disatukan dengan bumbu kue, telah raib.
Dan hari ini, lelaki yang gelisah dan si penabrak yang mencopet itu, mengembalikan dompet saya lewat celah di atas pintu. Setelah saya periksa, uang tiga ratus ribu lebih, cincin emas yang selalu saya simpan di dompet bila bepergian dan surat-surat penting, tidak ada yang berkurang sedikitpun.
Lama saya melihat dompet itu dan melamun seperti dalam dongeng, seorang anak muda yang gelisah, yang siapa pun saya piker akan mencurigainya, dalam situasi perekonomian morat-marit sperti ini, mengembalikan uang yang telah di genggamnya, bukankah itu ajaib, seperti dalam dongeng. Atau hidup ini tak lebih dari sekedar dongeng?
Bersama dompet yang dimasukkan ke kantong plastik hitam itu saya menemukan surat yang dilipat tidak rapi. Saya baca surat yang berhari-hari kemudian tidak lepas dari pikiran dan hati saya itu. Isinya seperti ini:

"Ibu yang baik, maafkan saya telah mengambil dompet ibu. Tadinya saya mau mengembalikan dompet ibu saja, tapi saya tidak punya tempat untuk mengadu, maka saya tulis surat ini, semoga saja ibu mau membacanya.
Sudah tiga bulan saya berhenti sekolah. Bapak saya di-PHK dan tidak mampu membayar uang SPP yang berbulan-bulan sudah nunggak, membeli alat-alat sekolah dan memberi ongkos, karena kemampuan keluarga yang minim itu saya berfikir tidak apa-apa saya bersekolah sampai kelas 2 STM saja. Tapi, yang membuat saya sakit hati, bapak kemudian sering mabuk-mabukan dan judi togel yang beredar secara sembunyi-sembunyi itu.
Adik saya yang tiga orang, semuanya keluar sekolah, Emak berjualan gorengan yang dititipkan di warun-warung. Adik-adik saya membantu mengantarkannya, saya berjualan Koran, membantu Emak untuk sekedar membeli beras.
Saya sadar, kalau keaadan saya seperti ini, saya harus berjuang lebih keras lagi. Saya mau melakukannya, dari pagi sampai malam saya bekerja. Tidak saja berjualan Koran, saya juga membantu mencuci piring di warung nasi dan kadang (sambil hiburan) saya mengamen. Tapi uang yang pas-pasan itu (Emak sering gagal menabung dan saya maklum) karena masih juga diminta bapak untuk memasang judi togel, bilangnya nanti juga diganti kalau angka tebakannya tepat. Selama ini, belum pernah tebakan Bapak yang tepat. Lagi pula, emak yang taat beribadah itu tidak akan mau menerima uang dari hasil judi, saya yakin itu.
Ketika bapak semakin sering meminta uang kepada emak, kadang sambil marah-marah dan memukul, saya tidak kuat untuk diam. Saya mengusir bapak dan bapak memukul balik saya, saya membalasnya sampai bapak terjatuh-jatuh. Emak memarahi saya sebagai anak laknat, saya sakit hati, saya bingung??? Saya mesti bagaimana.
Saat Emak sakit dan bapak semakin menjadi-jadi dengan judi togelnya,sakit hati saya semakin menggumpal, tapi saya tidak tahu sakit hati oleh siapa. Hanya untuk membawa emak Emak ke dokter saja saya tidak sanggup. Bapak yang semakin sering tidur entah dimana, tidak peduli, hampir saya memukulnya lagi.
Di jalan, saat saya berjualan Koran, saya sering merasa punya dendam yang besar tapi tidak tahu dendam oleh siapa dan karena apa. Emak tidak bisa ke dokter.Tapi, orang lain bisa dengan mobil mewah melenggang begitu saja di depan saya, sesekali menelepon dengan HP. Dan di seberang halte itu, di toko/swalayan bertingkat, orang-orang mengeluarkan ratusan ribu untuk sekali makan, mereka berpakain bagus begitu rapinya, sesekali membeli banyak baju walaupun di rumah mereka masih memiliki baju yang lumayan bagus juga.
Maka tekad saya, emak harus kedokter, karena dari berjualan Koran tidak cukup, saya merencanakan untuk mencopet. Berhari-hari saya mengikuti bus kota , tapi saya tidak pernah berani menggerayangi saku orang. Keringat dingin malah membasahi baju. Saya gagal menjadi pencopet.
Dan begitu saya melihat orang-orang belanja di toko, saya melihat Ibu memasukkan dompet ke kantong plastic, maka saya ikuti ibu. Diatas jembatan penyeberangan, saya pura-pura menabarak Ibu dan cepat mengambil dompet, saya gembira ketika mendapatkan uang uang 300 ribu lebih.
Saya segera mendatangi Emak dan mengajaknya ke dokter, tapi Bu, Emak malah menatap saya tajam. Dia menanyakan, darimana saya dapat uang. Saya sebenarnya ingin mengatakan bahwa itu tabungan saya atau meminjam dari teman. Tapi, saya tidak berbohong. Saya mengatakan sejujurnya, emak mengalihkan pandangannya begitu saya selesai bercerita.
Di pipi keriputnya, mengalir butir-butir air mata, Emak menangis. Bu, tidak pernah saya merasakan kebingungan seperti ini. Saya ingin berteriak sekeras-kerasnya. Dengan uang 300 ratus ribu lebih sebenarnya saya bisa makan-makan sepuasnya, mabuk-mabukan, hura-hura. Tidak apa saya jadi pencuri, tidak peduli dengan apa yang di alami oleh Ibu, dengan orang-orang yang telah saya copet, karena orang-orang juga tidak akan pernah peduli dengan apa yang saya rasakan, tapi, saya tidak bisa melakukannya, saya harus mengembalikan dompet ibu, maaf??"


Surat tanpa tanda tangan itu berulang kali saya baca. Berhari-hari saya mencari anak muda itu bingung dan gelisah itu. Di setiap halte tempat puluhan anak-anak berdagang dan mengamen, di dalam bus kota, di taman-taman kota, tapi, anak muda itu tidak pernah kelihatan lagi. Siapa pun yang berada di halte tidak mengenal anak muda itu ketika kali saya tanyakan.
Lelah mencari, di bawah pohon rindang, saya membaca dan membaca lagi surat dari pencopet itu. Surat sederhana itu membuat saya tidak tenang, ada sesuatu yang mempengaruhi pikiran dan perasaan saya. Sekarang saya tidak silau lagi dengan segala kemewahan. Ketika Kang Anto suami saya membawa hadiah-hadiah istimewa setiap kali sepulang kerja ataupun sepulang kunjungannya dari luar kota, saya tidak lagi segembira seperti biasanya, saya malah mengusulkan oleh-oleh yang biasa saja.
Kang Anto dan kedua anak saya mungkin melihat gelagat aneh dengan sikap saya akhir-akhir ini. Tapi mau bagaimana lagi, hati saya tidak bisa lagi menikmati kemewahan, tidak ada lagi keinginan saya untuk makan di tempat-tempat yang harganya ratusan ribu sekali makan, baju-baju dengan merek terkenal dan sebagainya, karena lebih bijak lagi jika uang-uang yang lebih jika saya harus tabung untuk membelanjakan kebutuhan keluarga yang lebih tepat atau buat persiapan jika ada kebutuhan yang mendadak.
Saya menolaknya mesti kang Anto bilang tidak apa sekali-kali. Saat say ulang tahun, kang Anto menawarkan untuk merayakan dimana saja, tapi, saya ingin memasak sendiri di rumah, membuat makanan untuk untuk suami dan anak-anak saya dengan tangan saya sendiri. Dan siangnya, dengan di bantu Bi Nia, lebih dari seratus bungkus nasi saya buat. Diantar Kang Anto dan kedua anak saya, nasi-nasi bungkus dibagikan kepada para pengemis, para pedagang asongan dan pengamen yang ada di setiap halte.
Di halte terakhir yang kami kunjungi, saya mengajak Kang Anto dan kedua anak saya untuk makan bersama-sama, diam-diam air mata mengalir di mata saya.
Yuni, anak saya, menghampiri saya dan bilang, “ Mama, saya bangga jadi anak Mama, mudah-mudahan saya bisa seperti Mama kelak saat saya sudah berumah tangga” .
Dan saya ingin menjadi Mama bagi ribuan anak-anak lainnya.

Sabtu, 31 Juli 2010

Hutan Paru-paru Dunia

HUTAN AKAN MEMBERIKAN YANG TERBAIK JIKA KITA BERLAKU BIJAK KEPADANYA :

Manfaat yang bisa dirasakan dalam kehidupan masyarakat perkotaan dari pembangunan hutan kota, antara lain :
1. Manfaat estetis. Warna hijau dan aneka bentuk dedaunan serta bentuk susunan tajuk berpadu menjadi suatu pemandangan yang indah dan menyejukkan.

2. Manfaat hidrologis. Struktur akar tanaman mampu menyerap kelebihan air apabila turun hujan sehingga tidak mengalir sia-sia melainkan dapat diserap tanah.

3. Manfaat klimatologis. Iklim yang sehat dan normal penting untuk keselarasan hidup manusia. Efek rumah kaca akan dikurangi dengan banyaknya tanaman dalam suatu daerah. Bahkan adanya tanaman akan menambah kesejukan dan kenyamanan lingkungan.

4. Manfaat ekologis. Keserasian lingkungan bukan hanya baik untuk satwa, tanaman, atau manusia saja. Kehidupan makhluk di alam ini saling ketergantungan. Apabila salah satunya musnah maka kehidupan makhluk lainnya akan terganggu.

5. Manfaat protektif. Pohon dapat menjadi pelindung dari teriknya matahari, terpaan angin kencang dan peredam dari suara bising.

6. Manfaat higienis. Dengan adanya tanaman, bahaya polusi mampu dikurangi karena dedaunan tanaman mampu menyaring debu dan mengisap kotoran di udara. Bahkan tanaman mampu menghasilkan oksigen yang sangat dibutuhkan manusia.

7. Manfaat edukatif. Semakin langkanya pepohonan yang hidup di perkotaan membuat sebagian warganya tidak mengenalnya lagi. Karena langkanya pepohonan tersebut maka generasi manusia yang akan datang yang hidup dan dibesarkan di perkotaan seolah tidak mengenal lagi sosok tanaman yang pernah ada. Sehingga penanaman kembali pepohonan di perkotaan dapat bermanfaat sebagai laboratorium alam.


"Isi Rimba Tak Ada Tempat Berpijak Lagi"
Iwan Fals

Raung buldozer gemuruh pohon tumbang
Berpadu dengan jerit isi rimba raya
Tawa kelakar badut-badut serakah
Dengan hph berbuat semaunya
Lestarikan alam hanya celoteh belaka
Lestarikan alam mengapa tidak dari dulu...
Jelas kami kecewa