dan Dia Telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya (Surat Al-Furqan ayat 2)

Cari Blog, Situs, Website, Facebook, Twitter, Youtube, Metacafe

Kamis, 05 April 2012

Mengapa Ada Ujian Dan Cobaan ?

Ujian dan cobaan hidup merupakan Sunnatullah, hukum Allah yang bersifat pasti dan tetap, berlaku kepada siapapun, kapan dan di mana pun, sebagaimana Allah subhanahu wa Ta’ala berfirman,
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan : "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?” [QS Al-Ankabut (29):2]
“Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta” [QS Al-Ankabut (29):3]
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar”[QS AL BAQARAH (2):155]
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan” [QS AL-ANBIYA (21):35]
MENGAPA HARUS DI UJI ?
Sesungguhnya ujian dan cobaan itu adalah Rahmat dan Kasih sayang Allah terhadap hamba-NYA. Sungguh berbagai cobaan hidup itu bertujuan untuk mengetahui secara lahiriyah mana di antara mereka yang pandai bersyukur dan mana pula yang kufur, mana yang bersabar dan mana pula yang cepat putus asa bahkan dusta.
'Hanya orang2 yg bersabarlah yg disempurnakan pahalanya tanpa batas' (QS. Az-Zumar : 10).
Oleh karena itu, senantiasa bersabar dan bersyukurlah diatas segala ujian dan cobaan. Niscaya akan menjadi hamba2 yang dicintai Allah, sebagaimana Rasulullah Shallallahu’allaihi wassalam bersabda, “Sesungguhnya jika Allah subhanahu wa Ta'ala mencintai hamba-NYA, DIA akan mengujinya”.(HR.At-Tirmidzi )
APA SAJA YG MENJADI UJIAN DAN COBAAN ?
Tidak sedikit orang yg menganggap bahwa ujian dan cobaan itu hanyalah yang berupa MUSIBAH, kecelakaan dan bencana, kesulitan dan kesempitan hidup dan yg semisal. Padahal sesungguhnya Ujian dan Cobaan hidup itu tidak hanya berupa Musibah, sesuatu yang dirasakan berat dan menyakitkan, bisa pula berupa kebaikan dan kenikmatan yang menyenangkan (Istidroj), sebagaimana Firman-NYA, Allah akan menguji hamba-NYA dengan “Keburukan dan Kebaikan (QS 21:35).
Rasulullah Shallallahu’allaihi wassalam bersabda,“Cobaan itu akan selalu menimpa seorang mukmin dan mukminah, baik pada dirinya, pada anaknya, ataupun pada hartanya, sehingga ia bertemu dengan Allah tanpa dosa sedikitpun”(HR. Tirmidzi)
Cobaan hidup yang berupa keburukan dan kesulitan biasanya lebih mudah dipahami, semisal mengalami sakit, hilang harta benda, kesulitan dan kesempitan hidup dsb. Dalam kondisi demikian biasanya kita akan segera berdoa dan mengharapkan pertolongan serta rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Berbeda dengan cobaan hidup yang berupa kebaikan dan kenikmatan. Banyak yg beranggapan bahwa Harta Kekayaan, Pangkat dan Jabatan dan yg sedemikian itu adalah atas hasil usaha dan jerih payahnya, sehingga lalai (Istidroj) bahwa sesungguhnya dibalik itu semua adalah ujian dan cobaan. Demikian halnya terhadap amalan ibadah, karena dibalik itu semua, syetan akan menggoda dan menghantui hati manusia untuk riya, ujub dan sum’ah atas segala amalan ibadah kita. Sebagaimana Rasulullah shallallahu’allaihi wa’salam bersabda, "Bagi tiap sesuatu terdapat ujian dan cobaan, dan ujian serta cobaan terhadap umatku ialah harta-benda."(HR. Tirmidzi)
Ketika ditimpa kesulitan, banyak orang yang langsung ingat kepada Allah dan selalu menyebut Asma-Nya, bersujud dan berjanji akan menjadi orang yang baik. Namun, tatkala terlepas dari kesulitan dan kesempitan hidup bahkan telah mampu tegak berdiri tanpa bantuan orang lain, berubahlah sikap mereka. Banyak di antara mereka yang kemudian menjadi congkak, sombong, berlaku zalim kepada sesamanya, dan bahkan mulai berani menentang perintah-Nya.
Allah subhanahu wa Ta’ala mrngingatkan,
“Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, nanti Kami akan menarik mereka dengan berangaur-angsur (ke arah kebinasaan), dengan cara yang tidak mereka ketahui”(QS Al-A'raf (7):182).
MAMPUKAH KITA MENGHADAPI UJIAN DAN COBAAN-NYA ?
Setiap insan pasti mampu menghadapi dan menjalani segala ujian dan cobaan-NYA, karena sesungguhnya Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kemampuannya. Maka janganlah pernah bersikap lemah, agar derajat kita ditinggikan oleh-NYA, sebagaimana Allah subhanahu wa Ta’ala berfirman,
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdo'a): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri ma'aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir." [QS AL BAQARAH (2) :286]
“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman”[QS ALI IMRAN (3) :139]
Ingatlah bahwa musibah yang kita hadapi belum seberapa
Rasulullah shallallahu‘alaihi wa’sallam seringkali dicaci, dicemooh dan disiksa oleh orang-orang musyrik dengan berbagai cara. Kalau kita mengingat musibah yang menimpa beliau, maka kita akan merasa ringan menghadapi musibah kita sendiri karena musibah kita tidaklah seberapa dibandingkan atas apa yang Beliau rasakan.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
لِيَعْزِ المسْلِمِيْنَ فِي مَصَائِبِهِمْ المصِيْبَةُ بي
“Musibah yang menimpaku sungguh akan menghibur kaum muslimin.”
(Shahih Al Jami', 5459, dari Al Qosim bin Muhammad)
Dalam lafazh yang lain disebutkan,
مَنْ عَظَمَتْ مُصِيْبَتُهُ فَلْيَذْكُرْ مُصِيْبَتِي، فَإِنَّهَا سَتَهَوَّنُ عَلَيْهِ مُصِيْبَتُهُ
“Siapa saja yang terasa berat ketika menghapi musibah, maka ingatlah musibah yang menimpaku. Ia tentu akan merasa ringan menghadapi musibah tersebut.”(Ibnu 'Abdil Barr, hal. 249, Mawqi' Al Waroq)
Ketahuilah bahwa semakin kuat iman seseorang, maka akan semakin diuji
Dari Mush’ab bin Sa’id (seorang tabi’in) dari ayahnya, ia berkata,
يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ النَّاسِ أَشَدُّ بَلاَءً
“Wahai Rasulullah, manusia manakah yang paling berat ujiannya?”
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,
« الأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الأَمْثَلُ فَالأَمْثَلُ فَيُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَإِنْ كَانَ دِينُهُ صُلْبًا اشْتَدَّ بَلاَؤُهُ وَإِنْ كَانَ فِى دِينِهِ رِقَّةٌ ابْتُلِىَ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَمَا يَبْرَحُ الْبَلاَءُ بِالْعَبْدِ حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِى عَلَى الأَرْضِ مَا عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ »
“Para Nabi, kemudian yang semisalnya dan semisalnya lagi. Seseorang akan diuji sesuai dengan kondisi agamanya. Apabila agamanya begitu kuat (kokoh), maka semakin berat pula ujiannya. Apabila agamanya lemah, maka ia akan diuji sesuai dengan kualitas agamanya. Seorang hamba senantiasa akan mendapatkan cobaan hingga dia berjalan di muka bumi dalam keadaan bersih dari dosa.”(HR. Tirmidzi no. 2398, Ibnu Majah no. 4024, Ad Darimi no. 2783, Ahmad (1/185)
Sa'ad bin Abi Waqqash berkata, "Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, "Ya Rasulullah, siapakah orang yang paling berat ujian dan cobaannya ?". Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab, "Para nabi, kemudian yang meniru (menyerupai) mereka dan yang meniru (menyerupai) mereka. Seseorang diuji menurut kadar agamanya. Kalau agamanya tipis (lemah) dia diuji sesuai dengan itu (ringan) dan bila imannya kokoh dia diuji sesuai itu (keras). Seseorang diuji terus-menerus sehingga dia berjalan di muka bumi bersih dari dosa-dosa”(HR. Imam Bukhari )
BAGAIMANA MENGHADAPI UJIAN DAN COBAAN ?
Dalam mengarungi kehidupan, setiap orang pasti akan mengalami pasang surut. Kadang seseorang mendapatkan nikmat dan kadang pula mendapatkan musibah atau cobaan. Semuanya datang silih berganti. Kewajiban kita adalah bersabar ketika mendapati musibah dan bersyukur ketika mendapatkan nikmat Allah. Bertawakallah serta senantiasa menjaga hati dan lisan untuk tidak berkeluh kesah. Hadapilah segala ujian dan cobaan dengan bersabar dan bersyukur.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّمَا الصَّبْرُ عِنْدَ الصَّدْمَةِ الأُولَى
“Yang namanya sabar seharusnya dimulai ketika awal ditimpa musibah.”(HR. Bukhari no. 1283, dari Anas bin Malik)
"Barangsiapa yang merasa cukup, maka Allah akan memberinya kecukupan. Dan siapa yang bersikap iffah (menjaga kehormatan harga diri), maka Allah akan memuliakannya. Dan barangsiapa yang berusaha untuk selalu sabar, maka Allah akan memberinya kesabaran. Dan tidaklah seseorang diberi sesuatu yang lebih baik dan lapang daripada kesabaran."(Sunan Tirmidzi : 1747)
Dan Ingatlah firman Allah,
'Hanya orang2 yg bersabarlah yg disempurnakan pahalanya tanpa batas' (QS. Az-Zumar : 10).
Sulit dan terasa beratnya bersikap sabar dan bersyukur, hal ini terjadi karena manusia senantiasa terhanyut oleh berbagai kemudahan, tertipu oleh berbagai perasaan, tertipu oleh hawa nafsunya, oleh karena itu maka hendaklah senantiasa mengingat Allah agar hati menjadi tenteram, sebagaimana firman-NYA,
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram” [QS.13:28]
Orang mukmin yang benar-benar bertakwa adalah orang yang bisa bersabar ketika menghadapi kesulitan dan penderitaan. Mampu bersyukur ketika mendapatkan berbagai macam kenikmatan, sehingga mampu menyikapinya untuk sesuatu yang diridhai-Nya dan dirasakan manfaatnya oleh siapapun. Sabar dan syukur inilah yang harus senantiasa kita jaga dalam kehidupan ini, dan dalam menghadapi segala ujian dan cobaan illahi.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
“Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya.” (QS. Ath Tholaq (65):3)
“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu” (QS AL BAQARAH (2):45)
“Dan bersabarlah kamu, sesungguhnya janji Allah adalah benar dan sekali-kali janganlah orang-orang yang tidak meyakini (kebenaran ayat-ayat Allah) itu menggelisahkan kamu”(QS AR RUUM (30) : 60)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Sungguh menakjubkan perkara orang yang beriman karena segala perkaranya adalah baik. Jika ia mendapatkan kenikmatan, ia bersyukur karena (mengetahui) bahwa hal itu memang baik baginya. Jika tertimpa musibah atau kesulitan, ia bersabar karena (mengetahui) bahwa hal itu baik baginya."
(HR Muslim).
Kesabaran dapat menghapuskan dosa, sebagaimana Rasulullah shallallahu’allaihi wasallam bersabda, "Tidaklah seorang Muslim mendapatkan kelelahan, sakit, kecemasan, kesedihan, marabahaya, dan juga kesusahan hingga duri menusuknya, melainkan Allah akan menghapuskan dosa-dosanya dengan hal tersebut."
[HR Bukhari dan Muslim]
HIKMAH DIBALIK UJIAN DAN COBAAN
Hendaklah setiap mukmin mengimani bahwa setiap yang Allah kehendaki pasti ada hikmah di balik itu semua, baik hikmah tersebut kita ketahui atau tidak kita ketahui. Dan Sesungguhnya Allah subhananhu wa Ta’ala telah mengingatkan kita dalam firman-NYA,
“Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. [QS AL BAQARAH (2):216]
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.
(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun".
Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. [QS AL BAQARAH (2):155-157]
“Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu, dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu”[QS MUHAMMAD (47):31]
Rasulullah shalallahu’allaihi wasallam bersabda : "Allah telah berfirman: Sekiranya Aku uji salah seorang hamba-Ku yang mu'min, lalu ia memuji-Ku atas apa yang telah Aku ujikan itu (niscaya Aku akan perintahkan kepada Malaikat-Ku agar) berilah pahala yang bersambungan baginya, sebagaimana pahala yang biasa kalian berikan". (HR. Ahmad dan Thabrani)
Ummu Salamah -salah satu istri Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam- berkata bahwa beliau pernah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
أُمَّ سَلَمَةَ زَوْجَ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- تَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « مَا مِنْ عَبْدٍ تُصِيبُهُ مُصِيبَةٌ فَيَقُولُ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ اللَّهُمَّ أْجُرْنِى فِى مُصِيبَتِى وَأَخْلِفْ لِى خَيْرًا مِنْهَا إِلاَّ أَجَرَهُ اللَّهُ فِى مُصِيبَتِهِ وَأَخْلَفَ لَهُ خَيْرًا مِنْهَا ». قَالَتْ فَلَمَّا تُوُفِّىَ أَبُو سَلَمَةَ قُلْتُ كَمَا أَمَرَنِى رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَأَخْلَفَ اللَّهُ لِى خَيْرًا مِنْهُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-.
“Siapa saja dari hamba yang tertimpa suatu musibah lalu ia mengucapkan: “Inna lillahi wa inna ilaihi rooji'un. Allahumma'jurnii fii mushibatii wa akhlif lii khoiron minhaa”
(Segala sesuatu adalah milik Allah dan akan kembali pada-Nya. Ya Allah, berilah ganjaran terhadap musibah yang menimpaku dan berilah ganti dengan yang lebih baik]”, maka Allah akan memberinya ganjaran dalam musibahnya dan menggantinya dengan yang lebih baik)
Ketika, Abu Salamah (suamiku) wafat, aku pun menyebut do'a sebagaimana yang Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam perintahkan padaku. Allah pun memberiku suami yang lebih baik dari suamiku yang dulu yaitu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.” (HR. Muslim no. 918)
Yakinlah bahwa sesungguhnya di balik kesulitan ada kemudahan
Seandainya kesulitan masuk ke dalam suatu lubang, maka kemudahan pun akan mengikutinya. Satu kesulitan tidaklah mungkin akan mampu mengalahkan dua kemudahan, sebagaimana Allah subhanahu wa Ta’ala berfirman,
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,
“sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan” [QS AL INSYIRA’AH (94):5-6]
“Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezkinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan”
(QS. Ath Tholaq (65): 7)
MUHASABAH
Musibah dan cobaan bisa saja disebabkan dosa-dosa yang pernah kita perbuat baik itu kesyirikan, bid’ah, dosa besar dan maksiat lainnya. Sebagaimana dalam firman-NYA
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu”[QS ASY SYURA (42):30]
Wallahu’alam bish showab
(http://id-id.facebook.com/notes/rindu-baitullah/ujian-cobaan/209293202470223?comment_id=2156781)

“Semoga bermanfaat bagi kita semua,amin”.

Tidak ada komentar: